Salah itu Indah

Oleh : Achmad Siddik Thoha

Beberapa waktu lalu saya mengikuti kuliah yang sangat berkesan dalam perjalanan kuliah di Pascasarjana IPB selama ini. Mata kuliah Analisis Resiko Ekologi (ARE) saya ambil di semester 2.  Dosen pengajar ARE adalah seorang Guru Besar konservasi sumberdaya alam yang dikenal di Indonesia yaitu Prof Dr Ir Hadi Alikodra. Beliau pernah menjabat Deputi Menteri Negara Lingkungan Hidup saat menterinya Sarwono Kusumaatmaja.
Siang itu begitu terik dan melelahkan bagi saya. Tiga hari ini tenaga terkuras dengan tugas-tugas yang banyak dan jadwal kuliah yang padat.Presentasi serta meresume jurnal dan paper internasional telah menjadi makanan yang mengenyangkan otak kami, saya dan kawan-kawan kuliah.
Siang ini, materi kuliah benar-benar diluar dugaan kami. Kami yang belajar tentang ekologi dan resikonya, malah disuguhi materi tentang etika konservasi. Materi kuliah ini berisi bahasan tentang nilai, persepsi dan moral serta keseimbangan antara intelektual, emosional dan spiritual. Menurut Profesor Alikodra, kerusakan lingkungan dalam dua dekade ini disebabkan rendahnya kualitas moral manusia.

Kami bertambah semangat ketika beliau menyuguhkan coffeemix panas untuk  menyemangati kami yang sepertinya sudah mulai suntuk.  Tentu saja kami tersenyum manis menghirup wangi kopi yang tak lama kemudian terhidang di depan kami. Hmmm....nikmatnya kopi ini.

Saat masuk pada pembahasan tentang nilai, Profesor Alikodra lalu menunjuk sebuah lukisan yang terpampang didinding ruang kuliah ber AC. “Coba kalian lihat lukisan itu, apa nilai yang terkandung di dalamnya” Suruh beliau.  Kami pun serentak memandangi lukisan bergambar sepasang burung merpati dan sepasang burung cendrawasih yang hinggap di pepohonan yang penuh dengan bunga dan  buah.  Pohon itu bahkan ada buah anggur di tangkainya. Lalu kami pun menjawab satu per satu. Beberapa jawaban yang terlontar bahwa nilai dari lukisan itu adalah keharmonisan, keindahan, keanekaragaman dan kedamaian.
“Bagi saya, lukisan itu, itr wrong” Begitu tanggapan beliau setelah mendengar jawaban kami.  “Kenapa begitu ?”  Beliau melanjutkan tanggapannya.
“Mana mungkin merpati dan cendrawasih hidup berdekatan, dan mana mungkin ada anggur tumbuh di tangkai pohon. Bagi saya...It’s wrong.”
Lalu beliau menjelaskan bahwa nilai itu bersumber dari pengalaman, pengetahuan dan rasa. Nilai akan melahirkan persepsi dan persepsi memunculkan moral atau etika pada individu atau masyarakat. Imajinasi boleh-boleh saja menghasilkan karya yang indah. Namun imajinasi harus berdasarkan pengetahuan yang benar sehingga nilai yang dipetik dari sebuah karya tidak menyesatkan.
Sebuah lukisan yang salah secara logika ternyata mempunyai nilai yang indah bagi seseorang. Memang keindahan itu rasa, namun bila berbagai kesalahan, ketidakpantasan, kekonyolan adalah sebuah keindahan, maka sungguh sangat menyesatkan nilai yang sudah tertanam pada diri manusia.

Maka kita bisa lihat, betapa kehidupan masyarakat di sekitar kita dipenuhi dengan keindahan-keindahan yang salah. Wanita yang mengumbar auratnya dan bergerak mengundang godaan dianggap keindahan. Berkata-kata kotor, menghina, berbohong dan merendahkan martabat orang ain dengan alasan melucu atau menghibur adalah indah. Membangun mall dengan menggusur areal hijau penuh dengan pohon dianggap keindahan.  Bahkan ada ungkapan yang menggelikan yang dikatakan teman saya bahwa selingkuh itu indah. Bila disederhanakan bahwa melakukan hal yang haram itu indah.  Astaghfirullah...keindahan inikah yang saat ini melingkupi mata, otak dan hati sebagian masyarakat. Sungguh memprihatinkan.

Bila kesalahan –kesalahan banyak yang dianggap indah, sebaliknya kebaikan-kebaikan malah dianggap kuno, membatasi, tidak menghargai perasaan, teroris atau tidak umum. Maka pantas saja banyak pihak yang lebih menyukai tanah-tanahnya gundul, halaman gedung dan rumah-rumah tak bertanaman, memuji perbuatan dosa karena berani mengaku dan menggunakan cara-cara tak wajar dan salah untuk mempopulerkan diri. Kerusakan itu bermula dari nilai yang menyesatkan yang tertanam dalam pikiran mereka. Kesalahan nilai akan berdampak pada persepsi yang tidak benar dan akhirnya kualitas moral juga akan rendah.
Saya jadi teringat lagu Rhoma Irama
Mengapa sumua yang enak-enak itu diharamkan....
Mengapa semua yang asyik-asyik, itu yang dilarang.....

Ya, karena salah itu indah....bagi orang yang berpikiran salah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar