Bagaimana memiliki kata-kata yang berkah


by Himmpas Ipb on Friday, July 16, 2010 at 6:50am

Kata-kata menempati prosentasi terkecil (dibawah 15%) dalam instrumen komunikasi. Terkecil kedua adalah dengan suara, lalu yang terbesar dari komunikasi kita adalah bahasa tubuh (lebih 50%). Ungkapan ini baru saya dengar dari Mas Prie GS, budayawan asal Semarang yang menjadi narasumber sebuah acara talkshow MOTIVATalk yang disiarkan di Tri Jaya TV pukul 21.00-22.000.

Saya mencoba merenungi lebih jauh makna ungkapan Mas Prie yang menurutnya berdasarkan hasil riset. Saya berusaha menemukan sebuah hikmah tentang bagaimana membuat kata-kata itu bisa membawa kebaikan. Kita yakin, meski porsinya sedikit, kata-kata tetap dapat merubah dunia menjadi lebih baik atau sebaliknya menciptakan fitnah dahsyat dalam kehidupan masyarakat

Pengaruh kata-kata terhadap diri seseorang ternyata bukan dari isi kata-kata semata. Meskipun kata-kata cantik tak akan berubah keindahannya walau dikatakan oleh siapapun. Kalam ilahi takkan hilang hikmah dan maknanya meski dikatakan oleh orang yang berkelakuan buruk. Namun bobot pengaruh kata-kata indah terhadap seseorang sangat ditentukan oleh niat baik dan kebersihan hati yang mengatakannya.

Seringkali kita menemukan orang-orang yang berakhlak baik kata-katanya sangat kita resapi dan membawa pengaruh baik pada kita meski tak ada nilai seni di dalamnya. Ia hanya punya ksa kata sederhana. Ia tak punya banyak pilihan kata. Ia pun tidak jaim atau berpuara-pura berwibawa. Bahkan terkadang intonasi dan bahasa tubuhnya kurang tepat. Keterbatasan kata, suara dan bahasa tubuh orang berhati bersih tak menghalangi kebaikan masuk ke dalam jiwa orang lain.

Sisi lain, kita sering menyaksikan kata-kata indah yang meluncur dari seseorang namun kita malah mencibir dan mengernyitkan dahi keheranan. Bukan karena nilai seni dari kata-kata itu yang sangat tinggi, namun karena yang melontarkannya punya ”setting” yang berbeda dari makna kata-kata indah itu. Saat seseorang menganjurkan hidup bersahaja dan dermawan dengan menitir keindahan kalam ilahi, ia justru menunjukkan kemewahan cara berpakaian dan bersikap. Tatkala ia mengajak generasi muda berkata ”tidak” pada narkoba, justru ia menjadi bagian dari rantai jaringan pengedar barang haram itu. Jangan salahkan pendengar bila kutipan kata-kata indah tak punya pengaruh untuk merubah apapun karena niat dan perbuatan yang tak selaras dengan tujuan kata-katanya.

Keberkahan kata-kata akan makin meningkat bobotnya bila dibingkai dengan pengetahuan seni merangkai dan menyampaikan kata-kata. Orang-orang dengan seni perilaku yang menawan mempunyai potensi keberkahan yang tinggi dalam setiap kata-katanya. Seni berkelakuan yang indah dipadu dengan seni kata yang indah dan pegetahuan yang dalam akan melahirkan kata-kata bernilai keberkahan tinggi.

Bagaimana memiliki kata-kata yang indah. Caranya banyak membaca dan mendengar orang-orang yang piwai dalam menebar kata-kata indah dari karya dan orasinya. Menulis bisa mengasah kemampuan merangkai kata dan mengelola kata-kat secara teratur dan terlukis lebih elok.
Bagaimana memiliki niat dan jiwa yang bersih. Itu adalah tugas kita yang ingin masuk surga tentunya!

”Karena sedikitnya prosentasi kata-kata dalam komunikasi kita maka berhati-hatilah dan dan berilah bobot. Namun hati-hati tidak berarti harus menghalangai ekspresi terbaik muncul.” Demikian ungkapan Mas Prie yang sangat saya dalami.

” Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Ash Shaff/61:2-3)

Achmad Siddik Thoha
siddikthoha@yahoo.com
Kota Hujan, 12 Juli 2010
* terinspirasi dari tayangan MotivaTalk, Trijaya TV

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar