JURANG KESESATAN

(Kajian Al Qur’an surat Al-Qiyaamah ayat 31-40)

31.  Karena dia (dahulu) tidak mau membenarkan (Al-Qur’an dan Rasul) dan tidak mau melaksanakan shalat,
32.  tetapi justru dia mendustakan (rasul) dan berpaling (dari kebenaran),
33.  kemudian, dia pergi kepada keluarganya dengan sombong.
34.  celakalah kamu! Maka celakalah!
35.  sekali lagi, celakalah kamu (manusia)! Maka celakalah!
36.  apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja(tanpa pertanggungjawaban)?
37.  bukankah dia mulanya hanya setetes mani yang ditumpahkan (kedalam rahim),
38.  kemudian (mani itu) menjadi sesuatu yang melekat, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya,
39.  lalu Dia menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan,
40.  bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa(pula) menghidupkan orang mati?

Dalam kehidupan di dunia terdapat dua kelompok manusia, yaitu manusia yang mendapat hidayah hingga istiqomah berpegang teguh pada aturan/syari’at Allah dan kelompok manusia yang berada dalam kesesatan yang nyata, manusia yang selalu membantah apa yang telah diperintahkan Allah padanya, manusia yang menjadi agen-agen iblis untuk kalangannya (manusia).
Walaupun hidayah dan kesesatan pada manusia merupakan kuasa Allah, namun setiap manusia belum mengetahuinya, dan ada beberapa penyebab manusia dapat berada jurang kesesatan, yaitu:

1. Sifat takabur.
Sifat sombong dimiliki oleh manusia dan selalu menganggap lebih tinggi dari yang lain. Sifat yang ditularkan oleh iblis dalam hati manusia seperti salah satunya yang termaktub dalam QS. Al-A’raf: 12-13
Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.". Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina."(TQS. Al-A’raf: 12-13).
Bahkan pada ayat lain di surat Al-A’raf (ayat 146), Allah berjanji akan menjauhkan nikmat yang terdapat pada ayat-ayatNya karena sifat takabur yang dimiliki seseorang.
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya. (TQS. Al-A’raf: 146).

2. Tidak mau mendengar dan berpikir
Manusia berada tetap dalam kesesatan ketika mereka tidak mau mendengar dan berpikir, dia selalu merasa dirinya berada dalam kebenaran dan selalu melakukan sesuatu benar pada jalan kebenaran. Sifat seperti ini sudah diwanti-wanti oleh Allah dalam surat al-mulk ayat 10 yang merupakan sifat para ahlunnaar, mereka merasa menyesal karena selama hidup di dunia mereka tidak mau mendengar dan berfikir akan setiap nikmat yang telah Allah berikan.
Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala." (TQS. Al-Mulk: 10).
Dan karena bebalnya mereka tidak mau mendengar dan berfikir mereka akhirnya menjadi manusia paling rugi seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Kahfi ayat 103-106.
Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?". Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan- amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok. (QS. Al-Kahfi: 103-106).
Seharusnya setiap orang selalu belajar, meningkatkan kapasitas diri dalam ‘ilmunya sehingga mampu untuk mendengar dan berfikir akan setiap nikmat Allah, dan tidak selalu merasa benar pada setiap pendapatnya karena keterbatasan daya fikir manusia. Sifat terbuka dan berfikir dicontohkan salah satunya oleh imam syafi’i dan hanafi, beliau selalu belajar dan bertukar fikiran mengenai berbagai hukum fiqih, dan mereka saling menghormati pada setiap hukum yang mereka tetapkan karena semua disesuaikan dengan kondisi masyarakat disekitar tempat tinggal beliau.

3. Tidak mau membenarkan perintahNya padahal sudah mengetahui kebenarannya.
Sudah banyak manusia yang melakukan hal ini, mereka sebenarnya sudah mengetahui seperti apa hukumnya ketika melakukan perbuatan yang dilarang Allah, namun terkadang mereka seakan-akan (pura-pura) belum mengetahuinya, bahkan menjadi penentang hukum Allah yang seharusnya mereka melaksanakannya.

Wallahu’alam bishowab

Disusun berdasarkan taujih Ust. Prof. Didin Hafiduddin.  pada Kajian Rabuan
Tanggal 1Juni, pkl 07.00-07.45, di Ruang Aula Masjid Al Hurriyyah IPB

PSDM HIMMPAS IPB  

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar