Karena Kita Takkan Henti Belajar


Oleh Achmad Siddik Thoha

Saat kerja keras kita tidak dihargai
Maka saat itu kita sedang belajar tentang 'ketulusan'
saat usaha kita dinilai tidak penting
maka saat itu kita sedang belajar 'keikhlasan'
saat hati kita terluka sangat dalam
maka saat itu kita sedang belajar tentang 'memaafkan'
ketika kita harus lelah dan kecewa
maka saat itu kita sedang belajar 'kesungguhan'
saat kita merasa sepi dan sendiri
maka saat itu kita sedang belajar tentang 'ketangguhan'
ketika kita harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu ditanggung
maka saat itu kita sedang belajar tentang 'kemurahan hati'
tetap semangat
tetap tersenyum
tetap belajar
karena kita sedang menimba ilmu di 'universtas kehidupan'
***

Puisi ini saya dengar pertama kali pada acara Konser Mini Anak Indonesia di Jakarta sebulan lalu. Saya sangat mencermati kata-kata yang sangat memikat magnet, laksana magnet yang membuat penonton menyimak dengan khusyu’. Setiba di rumah saya ‘search’ di google, ternyata sudah banyak di-publish di blog namun sayang tidak tercantum siapa pengarangnya (mohon info bagi sahabat yang tahu siapa pengarang puisi ini).

Sahabat, kehidupan ini merupakan sarana belajar tiada henti. Setiap saat kita harus bisa memetik pelajaran dari setiap peristiwa, fenomena alam dan ciptaan Tuhan yang terhampar luas di bumi ini. Tuhan memerintahkan manusia untuk senantiasa membaca apa yang ada dalam kehidupan. Tuhan pula yang menyuruh kita menuliskan pelajaran itu agar bermanfaat bagi sesama dan alam semesta.
Membaca dan menulis adaah aktifitas utama belajar. Membaca bukan sekedar mengeja huruf demi huruf hingga dipahami sebagai kalimat yang bermakna. Membaca harus dimaknai secara dalam yakni menghayati, merenungi dan mengambil hikmah dari kejadian, fenomena alam dan ciptaan-Nya di dunia ini. Membaca yang benar harus bisa menimbulkan kesadaran diri bahwa kita adalah manusia yang banyak kelemahan, kesalahan dan dosa serta tak berarti apapun dihadapan Yang Maha Kuasa. Membaca harus bisa sampai pada keyakinan bahwa kita diciptakan semata-mata untuk mengabdi pada-Nya.

Menulis adalah pasangan tak terpisahkan dari membaca. Tanpa menulis. hasil bacaan kita takkan banyak manfaatnya. Bila tidak menulis, kita akan kehilangan ingatan dan pemahaman yang utuh dari berbagai bacaan kita. Menulis akan mengikat, mengabadikan dan menyebarkan bacaan-bacaaan kita hingga ilmu bisa lestari dan dikembangkan.

Menulis bukan sekedar menggoreskan tinta pada kertas. Menulis dimaknai sebagai membuat goresan karya yang bermanfaat, mencatatkan amal kebaikan dan mengguratkan tinta emas kebajikan pada sejarah hidup kita. Setiap perbuatan kita senantiasa akan tercatat. Kualitas tulisan atau catatan kita sangat tergantung sejauh mana kita berhasil membaca dengan benar.

Sahabat, episiode belajar takkan mengenal kata akhir daam kehidupan kita. Bahkan dalam caci maki, ada hadiah ketulusan yang menghargai kita. Dalam kesepian ada piala ketangguhan yang menghibur kita. Dalam lelah dan kecewa selalu ada iring-iringan kesungguhan yang menyambut kita. Dalam luka dan pedih ada rombongan memaafkan yang menyoraki kita. Ketika kita harus mengeluarkan milik kita yang tak seharusnya, ‘doorprize’ berupa kemurahan hati membuat kita tetap tersenyum.

Tetap semangat, Sahabat, karena kita takkan henti mendapat ilmu yang berharga dari setiap penggalan kisah hidup kita.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar