GAMBARAN AHLI NERAKA SELAMA HIDUP DI DUNIA


Kajian Al Qur’an surat Al Muddatstsir:48-56

48. Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa'at dari orang-orang yang memberikan syafa'at.
49. Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah)?,
50. Seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut,
51. Lari daripada singa.
52. Bahkan tiap-tiap orang dari mereka berkehendak supaya diberikan kepadanya lembaran-lembaran yang terbuka.
53. Sekali-kali tidak. sebenarnya mereka tidak takut kepada negeri akhirat.
54. Sekali-kali tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al Quran itu adalah peringatan.
55. Maka Barangsiapa menghendaki, niscaya Dia mengambil pelajaran daripadanya (Al Quran).
56. Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran daripadanya kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dia (Allah) adalah Tuhan yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan berhak memberi ampun.

Tidak dapat dipungkiri bahwa datangnya hari pembalasan  merupakan janji Allah yang pasti akan terjadi. Pada hari itu setiap manusia akan dihadapkan pada segala sesuatu yang ia kerjakan selama di dunia. Tak satupun aktivitas yang tidak akan mendapat balasan. Semuanya secara detail akan terpaparkan dengan jelas bukan hanya yang besar tapi juga yang sangat kecil. Tak ada yang samar dan tertutupi apalagi kuasa dari manusia untuk menyembunyikannya. Allah SWT berfirman dalam surat Al Zalzalah ayat 7-8:

7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.
8. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula
Pada hari itu tidak akan ada yang mampu menolong manusia kecuali amal sholeh yang ia kerjakan. Bagi mereka yang meninggal dalam keadaan tidak menyekutukan Allah maka Rasulullah SAW akan memberikan syafaat untuk menambahkan kebaikan atas amal sholeh yang mereka kerjakan. “Dari Abu Hurairah r.a beliau menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi was sallam bersabda, “Setiap Nabi alaihis salam memiliki doa yang mustajab, maka setiap nabi telah menggunakan doa tersebut. Dan aku menyimpannya sebagai syafa’at bagi ummatku, kelak di hari kiamat. Maka, syafa’at tersebut Insya Allah akan didapati oleh setiap orang dari umatku yang wafat dalam keadaan tidak menyekutukan Allah ta’ala dengan suatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Syafaat tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang bertauhid dan ikhlas karena Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, “Wahai Rasulullah, siapa yang paling bahagia mendapatkan syafaatmu?” Beliau menjawab, “Orang yang mengatakan,’Laa ilaaha illallah’ dengan ikhlas dalam hatinya.”(H.R. Bukhari).

Pada ayat ke 48 pada surat Al Muddatstsir Allah menjelaskan kondisi para penghuni neraka yang tidak akan mendapat manfaat dari syafaat yang mereka harapkan. Allah secara tegas menyatakan
Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa'at dari orang-orang yang memberikan syafa'at.
Kaum musyrikin selalu beranggapan bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah akan mampu memberikan syafaat bagi mereka di sisi Allah. 

Hal ini digambarkan dalam Al Qur’an surah Yunus:18
18. Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada Kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?"Maha suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu).

Ketergantungan orang-orang musyrik kepada tuhan-tuhan yang mereka sembah adalah ketergantungan batil yang tidak bermanfaat. Mereka beranggapan bahwa berhala yang disembah merupakan jalan untuk mencapai Allah SWT. Pada kenyataannya berhala-berhala yang mereka sembah bukanlah sesuatu yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan mereka sebaliknya hanya sesuatu yang sia-sia dan bahkan membuat mereka semakin jauh dari Allah. Itulah kebodohan mereka yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah, tetapi sebenarnya tidak lain hanya menjadikan mereka semakin jauh.

Pada lanjutan ayat berikutnya yaitu pada surat Al Muddatstsir ayat 49-51, Allah berfirman:
49. Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah)?,
50. Seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut,
51. Lari daripada singa.

Pada ayat ini secara khusus Sayyid Quthb dalam tafsir Fi Zhilalil Qur’an berkomentar tentang gambaran keledai liar yang lari berhamburan ke segala penjuru lantaran sangat takut dengan seekor singa. Pemandangan seperti ini merupakan kondisi yang sangat lazim ditemukan dan cukup familiar bagi masyarakat pada zaman itu terutama bagi bangsa Arab. Betapa enggannya orang-orang kafir selama hidupnya untuk mendengarkan peringatan-peringatan dari Allah SWT hingga digambarkan laksana keledai yang lari ketakutan terhadap singa.

Senada dengan ayat di atas, Allah SWT juga berfirman dalam Surat An A’raaf:179
179. Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.

Pada ayat ini Allah menyerupakan para penghuni neraka semasa hidupnya seperi binatang ternak dan bahkan lebih rendah lagi. Yang cukup menarik bila kita hubungkan dengan Surat Al Muddatstsir ayat 50 adalah dipilihnya keledai liar (yang lazim juga menjadi binatang yang diternakan) untuk menunjukkan kondisi orang-orang kafir tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa keledai identik dengan binatang yang bodoh. Simbol keledai biasanya digunakan untuk menunjukkan kebodohan. Pada rangkaian ayat ini tentu Allah juga ingin menyampaikan kepada kita bahwa kondisi mereka yang terus enggan dan menghindar dari peringatan Allah adalah bentuk kebodohan luar biasa yang tidak pernah mereka sadari. 

Perilaku orang-orang kafir ini sangat bertolak belakang dengan orang-orang yang beriman yang selalu mengharapkan hidayah Allah SWT. Hidayah tentu tidak akan sampai ketika kita enggan dan menjauh dari sumber-sumbernya. Sebaliknya hidayah akan ditunjukkan kepada orang yang benar-benar bersungguh-sungguh (berjihad) untuk mendapatkannya. Allah SWT berfirman dalam surat Al Ankabut:69

69. Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

Keengganan orang-orang kafir untuk beriman kepada agama Islam ternyata bukan semata-mata disebkan karena mereka belum memahami ajaran yang dibawa Rasulullah Muhammad SAW tetapi disebabkan adanya hasad atau dengki pada hati mereka. Hal ini ditegaskan Allah pada lanjutan Surat Al Muddatstsir ayat yang ke-52:

Bahkan tiap-tiap orang dari mereka berkehendak supaya diberikan kepadanya lembaran-lembaran yang terbuka.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa definisi hasad adalah merasa tidak suka dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain. Pada masa Rasulullah Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul maka permusuhan yang paling hebat pada dakwah beliau justru datang dari pembesar-pembesar Quraisy lantaran mereka bukan tidak mengerti apa yang disampaikan tetapi karena kedengkian yang menutupi hatinya sehingga tidak ada hidayah bagi mereka. Mereka tidak bisa menerima bahwa Muhammad merupakan utusan Allah dan kalaupun ada yang pantas menjadi nabi maka merekalah orangnya. Bahkan sebagian tokoh seperti Musailamah Al Kadzab berani memproklamirkan diri sebagai Nabi dan membuat gubahan ayat untuk menandingi Al Qur’an. Kedengkian seperti ini terus terpelihara hingga sekarang. Dalam hati selalu ada kebencian dan permusuhan sehingga selalu berusaha melancarkan serangan-serangan yang bertujuan menghancurkan Agama Islam.

Tabiat berikutnya dari penghuni neraka adalah mereka yang tidak takut terhadap negeri akhirat. Pada lanjutan Q.S. Al Muddatstsir Allah berfirman:
53. Sekali-kali tidak. sebenarnya mereka tidak takut kepada negeri akhirat.
54. Sekali-kali tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al Quran itu adalah peringatan.
55. Maka Barangsiapa menghendaki, niscaya Dia mengambil pelajaran daripadanya (Al Quran).
56. Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran daripadanya kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dia (Allah) adalah Tuhan yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan berhak memberi ampun.

Dalam Al Qur’an kita akan banyak menjumpai ayat-ayat yang berisi peringatan terutama siksaan Allah bagi mereka yang lalai dan ingkar pada-Nya. Adanya gambaran siksa akhirat diciptakan untuk menghadirkan rasa takut bagi manusia. Bukan hanya siksaan ketika di akhirat bahkan ketika kematianpun siksaan sudah sangat menyakitkan bagi mereka yang ingkar. Allah berfirman dalam surat Al An’aam:93
93. Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", Padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah." Alangkah dahsyatnya Sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang Para Malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.

Dalam ayat lain seperti surat Al Hajj :19-22, Allah menggambarkan siksa neraka dengan siksaan yang luar biasa:
19. Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka.
20. Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka).
21. Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi.
22. Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (kepada mereka dikatakan), "Rasailah azab yang membakar ini" 

Bagi mereka yang terbuka hatinya tentu akan mampu mengambil pelajaran. Ayat-ayat seperti ini akan menghadirkan rasa takut yang luar biasa sehingga setiap tingkah laku yang ia lakukan akan selalu berhati-hati, selalu berusaha mentaati hukum Allah karena ia tidak ingin membuat Allah murka kepadanya. Sebaliknya bagi orang-orang yang enggan mengambil pelajaran dari Al Qur’an, ayat-ayat ini tidak akan berarti apa-apa. Kesombongan dalam dirinya telah menutupinya dari kebenaran ayat-ayat Allah. Sehingga tidak akan ada rasa takut dalam dirinya terhadap hari akhirat. Bila sudah seperti ini, di dunia ia hanya akan menuruti kehendak hawa nafsunya.Jauh dari tuntunan Allah SWT hingga kematian menjemputnya. Na’udzubillah mindzalik.

Wallau’alam Bishowab
Disusun oberdasarkan taujih Ust. Drs. E. Syamsudin  pada Kajian Rabuan Tanggal 4 Mei 2011, pkl 07.00-07.45, di Ruang Aula Masjid Al Hurriyyah IPB
PSDM HIMMPAS IPB

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar