MEMBANGUN ORIENTASI MASA DEPAN

Kajian Al Qur’an Surat Al Muddatstsir : 32-47

32. Sekali-kali tidak, demi bulan,
33. Dan malam ketika telah berlalu,
34. Dan subuh apabila mulai terang.
35. Sesungguhnya Saqar itu adalah salah satu bencana yang Amat besar,
36. Sebagai ancaman bagi manusia.
37. (yaitu) bagi siapa di antaramu yang berkehendak akan maju atau mundur.
38. Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya,
39. Kecuali golongan kanan,
40. Berada di dalam syurga, mereka tanya menanya,
41. Tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa,
42. "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?"
43. Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak Termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat,
44. Dan Kami tidak (pula) memberi Makan orang miskin,
45. Dan adalah Kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya,
46. Dan adalah Kami mendustakan hari pembalasan,
47. Hingga datang kepada Kami kematian". 

Bila kita perhatikan kandungan isi Al Qur’an maka kita akan menemukan banyak ayat yang menjelaskan tentang hari akhir (yaumil akhir). Ayat-ayat tersebut banyak bercerita tentang kabar gembira bagi orang-orang beriman atas apa yang telah mereka kerjakan selama hidup di dunia dengan ganjaran berupa kenikmatan yang akan didapatkan di surga. Sebaliknya kita juga akan menemukan begitu banyak peringatan yang Allah berikan bagi orang-orang yang ingkar terhadap Allah SWT dengan ganjaran siksa yang pedih dan menyedihkan di neraka.

Banyaknya ayat yang berhubungan dengan yaumil akhir memberikan pengingatan bagi orang-orang yang beriman bahwa dalam menjalani kehidupan dituntut untuk hidup dengan bertanggung jawab. Kehidupan yang dijalani bukanlah hidup yang asal-asalan, tidak terkendali, dan tanpa tujuan yang jelas. Setiap tindakan yang dilakukan selama di dunia tentu akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak.

Rasulullah SAW dalam salah satu hadits menegaskan kepada kita bahwa minimal ada empat hal yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti. Dari Mu’adz bin Jabal r.a, Rasulullah SAW bersabda : Dua kaki seorang hamba tidak akan berpindah (dari tempatnya berpijak nanti pada hari kiamat) sehingga dia ditanya tentang empat perkara  : Tentang umurnya, kemana saja dia habiskan; tentang masa mudanya, dengan apa dia gunakan; tentang hartanya, dari mana dia mendapatkannya dan untuk apa dia belanjakan; dan tentang ilmunya, apa yg dia perbuat dengan ilmunya itu ( Hadis Riwayat At Thabrani dan Al Bazzar).

Usia tidak lain adalah waktu yang kita jalani dalam kehidupan. Setiap detik yang dijalani manusia akan diminta pertanggungjawabannya tentang kemana saja ia dihabiskan. Orang yang sudah memahami pentingnya usia yang diberikan Allah tak akan banyak membuang waktu yang ada dengan pekerjaan yang sia-sia dan melenakan. Sebaliknya ia akan menggunakan waktu secara bijak sehingga mampu melahirkan karya-karya produktif yang bernilai pahala di sisi Allah SWT.

Ada ungkapan yang menyatakan bahwa ‘akhir yang baik mesti diawali dengan permulaan yang baik’. Melahirkan orang-orang yang baik tentu bukan tanpa proses. Masa muda merupakan saat yang tepat karena pada masa inilah terjadi pembentukan karakter yang akan menentukan akan jadi apa orang tersebut nantinya. Dari hadits Rasulullah SAW di atas tersirat sebuah pesan akan pentingnya masa muda yang diisi dengan proses pemibinaan yang benar sesuai tuntutan Allah SWT sehingga masa muda tidak menjadi investasi yang buruk bagi masa depan. 

Tentang harta, pada hadits di atas tersimpan pesan yang tegas untuk menolak sistem ekonomi yang hanya mementingkan pemuasan kebutuhan manusia tanpa menghiraukan sumber dan cara membelanjakannya. Pemahaman akan hadits ini juga akan menafikkan kebanyakan sistem ekonomi konvensional yang hanya mengatur bagaimana orang mendapatkan hartanya sedangkan untuk masalah bagaimana mereka menghabiskan hartanya menjadi urusan masing-masing karena dianggap ia berhak sepenuhnya atas harta yang dimilikinya tersebut. Berbeda dengan sistem konvensional, ekonomi yang diajarkan islam mengatur tidak hanya bagaimana mendapatkan harta tapi juga bagaimana pemanfaatannya. Sehingga seorang muslim yang sudah memahami hal ini akan memiliki mind set bahwa ia bukan hanya memenuhi kebutuhannya di dunia tapi juga berinvestasi untuk akhirat dengan hartanya tersebut.

Tentang ilmu, kita tidak akan ditanya seberapa banyak ilmu yang kita miliki atau seberapa tinggi gelar pendidikan yang kita peroleh. Pertanyaan yang akan muncul adalah bagaimana kita memanfaatkan ilmu tersebut. Apa kemaslahatan yang kita hadirkan dengan ilmu yang kita miliki? Pertanyaan ini akan menghilangkan model orang yang hanya pintar untuk dirinya sendiri tetapi tidak bermanfaat bagi lingkungannya. Sepantasnya orang yang berilmu harus memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan yang tidak sehingga bingkai yang terbentuk bagi setiap penuntut ilmu adalah ‘ilmu untuk tanggung jawab’.

Selain tentang hidup yang bertanggung jawab, pelajaran lain yang dapat kita tarik dari banyaknya ayat yang bercerita tentang yaumil akhir adalah melatih orang-orang yang beriman berfikir bukan hanya untuk saat ini tetapi memikirkan untuk masa depan.

Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an surat A Hasyr : 18
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Pada ayat di atas Allah SWT menggunakan dua kata ‘taqwa’. Hal ini menunjukan adanya penekanan yang sangat penting terhadap kandungan ayat tersebut yaitu untuk memperhatikan apa yang telah kita lakukan bagi hari esok (akhirat). Kita diajak untuk hidup bukan hanya hari ini tetapi juga mempersiapkan hari esok untuk esok yang lebih jauh lagi yaitu akhirat.

Pada ayat lain misalnya, Allah meminta kita untuk tidak meninggalkan generasi yang lemah setelah kita. Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an surat An Nisa : 9
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.

Allah SWT memerintahkan kepada kita agar mempersiapkan masa depan anak-anak kita terutama dengan memberikan dasar pemahaman yang benar terhadap Islam sebagai pondasi kehidupannya melalui proses pembinaan yang tepat. Tidak cukup hanya itu, kita juga diminta untuk mempersiapkan anak-anak kita agar mampu menghadapi kondisi kehidupannya di masa akan datang  seperti halnya yang diajarkan Rasulullah SAW untuk mendidik anak sesuai dengan zamannya. Orang tua diajak untuk tidak hanya mendidik anaknya berdasarkan kondisinya saat ini karena tentu pendidikan yang semacam itu tidak akan mampu menjawab tantangan masa depan.

Firman Allah dalam Al Qur’an surat Al Muddatstsir : 40-46 memberikan gambaran kepada kita tentang sebab dan akibat yang berkaitan antara dunia dan akhirat. Gambaran tersebut dapat kita jumpai melalui dialog antara penghuni surga dan neraka.

40. Berada di dalam syurga, mereka tanya menanya,
41. Tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa,
42. "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?"
43. Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak Termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat,
44. Dan Kami tidak (pula) memberi Makan orang miskin,
45. Dan adalah Kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya,
46. Dan adalah Kami mendustakan hari pembalasan,
47. Hingga datang kepada Kami kematian".

Dunia harus difahami sebagai panggung amal (Daarul ‘amal) sedangkan akhirat merupakan tempat pembalasan (Daarul Jaza) dari apa yang telah dikerjakan selama di dunia. Dari dialog antara penghuni neraka dan surga pada ayat di atas terlihat jelas bahwa orang-orang yang mendapatkan balasan neraka adalah orang-orang yang mengabaikan amal-amal sholeh selama di dunia dan tidak meyakini bahwa kelak akan ada pembalasan terhadap apa yang mereka kerjakan. Dengan kata lain mereka adalah orang-orang yang tidak meliki orientasi akhirat. Kita harus menyadari bahwa dunia hanyalah persinggahan. Kematian bukanlah akhir tetapi awal dari kehidupan akhirat.

Bila kita sedikit mudur ke Q.S. Al Muddatstsir : 32-34 maka kita akan menemukan bahwa Allah bersumpah dengan alam ciptaan-Nya.
32. Sekali-kali tidak, demi bulan,
33. Dan malam ketika telah berlalu,
34. Dan subuh apabila mulai terang.

Kita juga bisa menemukan model ayat seperti ini pada surat lain dimana Allah SWT juga bersumpah dengan ciptaan-Nya. Adanya ayat seperti ini memberikan penekanan kepada kita untuk mempelajari ciptaan Allah SWT dalam rangka meninkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya.
Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran : 190-191
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

Orang-orang yang beriman akan mampu menyelami pemaknaan terhadap fenomena-fenomena yang ada di sekelilingnya. Ia tidak akan berhenti pada penjelasan-penjelasan sains dan logika semata tetapi jauh pada itu ia mampu menemukan Allah sebagai tujuan pencariannya.

Dengan orientasi hidup yang jelas, orang-orang beriman akan mampu menyikapi segala permasalahan dengan pemahaman yang utuh dan terlepas dari sekulerisme yang memisahkan dunia dan akhiratnya. Ia akan terdorong untuk mengunakan dunia untuk mencapai tujuan akhirat. Insya Allah orang-orang inilah yang akan mampu mencapai tujuan akhirnya dengan selamat.

Wallau’alam Bishowab
Disusun oleh Jati Sumarto Putro
Berdasarkan taujih Ust. Prof. Dr. Didin Hafiduddin pada kajian Rabuan
Tanggal 27 April 2011, pkl 07.00-07.45, di Ruang Aula Masjid Al Hurriyyah
PSDM HIMMPAS IPB 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar